Langsung ke konten utama

Memotret Suwung di perubahan Tahun 2019-2020

lensasemutireng.blogspot.com_Perubahan tahun 2019-2020 aku rasa sangat sayang dilewatkan jika aku tidak meninggalkan jejak dengan sebuah karya. Aku tidak mencari sebuah pengakuan tapi aku hanya mengikuti keinginan dan kepuasan batinku. Dua minggu sebelum perubahan tahun di mulai aku sudah mencari-cari kawan untuk dapat berkolaborasi tapi tidaklah ada yang merespon. tapi semakin hari keinginanku semakin menjadi-jadi, semangat untuk berkarya ada di dalam diri ini.
seminggu sebelum perubahan tahun aku tidak tau akan memotret apa, tetapi hasrat ini seakan ingin mengutarakan sebuah karya, secara sepontan mulut ini bertaka MEMOTRET SUWUNG.

SUWUNG? suwung seperti apa yang akan aku kerjakan akupun tidak mengerti, tetapi di dalam makna sebuah Suwung ada sebuah Kesadaran, maka akupun beranggapan aku akan memotret dengan mengikuti RASA yang ada di dalam diri.
dan ide-ide ini berkembang dari hari-kehari sehingga aku memutuskukan dengan sebuah tantangan memotret 24Jam dengan exposure  speed 2, 1/20, 1/200, 1/2000 ISO: 200, 2000 dan f.2,0 f.20

Dalam memotret 24Jam itupun aku menjalani sesuai rasaku, aku terkadang memotret di sepanjang jalan yang aku lalui, dan aku berhenti berjam-jam karena aku tidak ingin memotret. Mungkinsebagian orang akan berkata Gila. tapi inilah adanya, maka aku tetap menjalani apa yang aku lakukaan.

Dari hasilku memotret aku sempat berfikir mau aku apakan karyaku ini? ternyata aku ingin membukukan karyaku ini, dan aku pamerkan di halaman rumahku.



Sempat aku berfikir, bagaimana aku akan merangkai hasil foto ini sehingga aku bukukan? tapi aku tetap saja memotret dan tidak peduli dengan sebuah hasil. tetapi setelah memotret 24 jam aku tidak merasa lelah, malahan aku masih bisa menyelesaikan merangkai foto-foto ini sehingga membentuk sebuah cerita apa yang aku RASA di dalam diri ini. Jadi pada dasarnya ini bagian dari refleksi hati, karena dalam perjalanan 24 jam aku tidak memikirkan apapun aku hanya merasakan dan KESADARAN ini menggerakan.

Aku menyarankan untuk membaca kata pengantar sebelum melihat foto dan membaca judul di setiap fotoku. aku tidak pernah bermaksut untuk menghasut pikiran kalian yang menonton fotoku, tetapi aku memperlihatkan refleksi Rasaku pada waktu memotret, sehingga aku mendapatkan sebuah rangkaian cerita.

ini adalah kata pengantar yang aku tuliskan di halaman awal bukuku dan pameran sederhanaku.

"Kehidupan Manusia tidak lepas dari ruang dan waktu, perubahan
jaman dan peradaban akan terus berjalan dan meninggalkan cerita
sejarah yang kelak menjadi petunjuk bagi generasi baru untuk
bekal kehidupan yang terus silih berganti.
Setiap Manusia akan berfikir dan bertujuan tentang kebenaran
dan kebaikan dalam menjalani kehidupannya, tetapi
persepsi setiap manusia tidak akan sama sehingga akan berdampak
perbedaan. Semua ini sudah berlangsung sejak dimulainya hidup
yang seperti lingkaran seakan ini menjadi sebuah keseimbangan,
seperti Hitam dan Putih.

Tidak ada yang tahu, apa yang ada di ujung dan puncak kehidupan,
bukan harta, bukan tahta, bukan wujud dan bukan pula bentuk jasat.
yang aku mengerti tentang rasa dan kesadaran sementara.
Kesadaran dari dalam diri yang di aplikasikan oleh Pancaindra dan 
menuju akal fikiran sehingga berbentuk dan berwujud seperti 
yang sudah di tentukan oleh TUHAN.

Dari kesadaran atas karunianya Aku memiliki kesadaran dalam
berkarya dengan fotografi.  Kebebasan berekspresi tertuang 
didalam setiap bingkai foto yang terekam.
Perubahan Tahun 2019 - 2020 aku melakulan ekspresi dalam 
fotografi, dengan memotret 24 jam yang mengangkat tema
MEMOTRET SUWUNG.

Suwung adalah Sebuah kata dari bahasa Jawa yang memiliki arti
“ora ono opo-opo” dalam bahasa indonesia Tidak ada apa-apa.
Jika kehidupan ini seperti kertas putih kosong yang tidak ada
rangkaian kata atau gambar yang tersajikan, maka kertas itu akan 
di isi oleh yang memiliki kertas.
maka keberlangsungan waktu dan kehidupan seprti ada dan tiada - 
ada tapi tidak ada, tidak ada tapi ada. yang benar - benar ada
hanyalah Kesadaran Tunggal yang menggerakkan keseimbangan
jagat raya yang Maha Pengasih dan Maha penyayang,

Aku memotret 24 jam dengan aturan yang sudah aku tentukan,
dengan satu camera dan satu lensa 22mm menggunakan diafragma
f.2,0 | f.20, shutter speed 2 | 1/20 | 1/200 | 1/2000, ISO 200 | 2000.
Rasanya seperti tersiksa,tidak bebas dalam menentukan exposure
ketika melihat sebuah momen, dan menentukan exposure yang tepat
untuk mendapat hasil foto yang baik.
Tetapi ini menjadi cara untuk sebuah renungan, bagaimana aku 
mensyukuri apa adanya dalam keberlangsungan hidup.
di hari itu aku mengosongkan pikiranku, aku lepaskan semua tentang
keinginan, konsep, dan harapan. dan aku tidak akan mungkin
mendengarkan sura hati, karena hati tidak akan berkata-kata, yang 
berkata-kata adalah pikiranku. Yang ada hanya tinggal Rasa dan 
kesadaran bahwa hari ini aku hidup untuk memotret 24 jam 
dan berjalan mengikuti Rasaku melakukan kejujuran dan menerima
apa adanya."

dan ini cuplikan Foto-foto yang aku buat dalam 24 jam.

















Karya-karya ini aku pamerkan di halaman Rumahku tanggal 19-20 Januari 2020, dan ini menjadi awal aku belajar dalam kerya idealis dan ekspresi. Selama berpameran memang tidaklah banyak peminat untuk melihat karya fotoku, tetapi Sahabat-sahabatku dari JOGJA dan Magelang menyempatkan waktu untuk mampir kerumahku melihat hasilkaryaku sambil ngopi dan berbagi ilmu.
di hari pertama aku mendapatkan sebuah ilmu bagaimana seharusnya aku membuat sebuah pameran.


dan di hari ke dua beberapa sahabt dari solo datang untuk mendengarkan ceritaku, ya perasaan grogi, takut berargumen tentang foto-fotoku. Kritikan keras dari ketiga sahabatku, dan itupun menjadi sebuah ilmu baru untukku, JIKA AKU TIDAK MENGADAKAN PAMERAN ITU, AKU TIDAK AKAN MENDAPATKAN ILMU BARU, yang seharusnya aku tetap idealis tegar dan NGEYEL dengan persepsiku, disini aku gagal untuk menegakkan cara pandangku. karena ini karyaku.

Tetapi Sesungguhnya siapapun yang datang dan menilai fotoku itupun bagian dari persepsi SUWUNG yang mereka pahami, Karena persepsi Suwungku tidak akan sama dengan Suwung kalian. Suwung memiliki banyak makna yang terkadang susah di mengerti.

Terimakasih sahabat-sahabatku semuanya atas apresiasinya.









Postingan populer dari blog ini

Sunrise Di waduk Cengklik 2014 "di bulan Puasa"

lensasemutireng.com - Di bulan yang penuh berkah ini umat islam menahan lapar dan haus. Menikati hari hari yang positif dan meninggalkan hal - hal negatif. Sebagai pecinta fotografi, yang terkadang saat hunting pagi pun susah, karena bangunnya kesiangan. Tapi di bulan puasa ini, dengan adanya tanggung jawab untuk berpuasa untuk menikmati SAUR bersama dengan keluarga. Tapi janganlah terburu-buru untuk tidur, jika kamu suka foto lanscape silahkan berkunjung di waduk cengklik  . untuk menikmati sunrise. Ini hasil sunrise di waduk cengklik Terimakasih Atas kunjungannya... jika anda berkenan dengan foto ini, silahkan klik iklan google adsensenya dan Share postingan ini.  like  Fanspage FB Salam Fotografi.

Kopi Susu

Lensasemutireng.blogspot.com _ KOPI SUSU . Jaman sekarang banyak kawula muda yang tiba-tiba menjadi penikmat kopi, dan semakin banyak para pengusaha kopi di negara ini, mulai dari kedai kopi pinggir jalan hingga coffee shop yang bertema artistik untuk memikat para penikmat kopi. . Memang benar-benar belajar dari sebuah Biji kopi yang memberikan aroma, rasa, dan kejujuran lalu di sandingkan dengan susu murni yang mengingatkan seorang manusia harus tau diri bahwa tanpa ada ibu bumi yang terus menerus memberikan kebaikan tetapi dilupakan.  . Mungkin sudah waktunya untuk benar-benar jujur apa adanya, mungkin sudah waktunya kita benar-benar mengingat dan melihat siapa diri yang sejatinya sehingga sadar kita ini bukanlah bangsa kaleng, tapi kita ini adalah bangsa besar yang kaya akan anugrah dari sang yang maha kuasa. . dhikyaditya2021 

Pengrajin Gerabah di Desa Bentangan wonosari

Dusun Bentangan desa bentangan  Kecamatan Wonosari klaten telah lama di kenal sebagai pengrajin aneka geranbah dari tanah liat seperti kandi, anglo dan wajan. Sebagian besar masyarakat dusun bentangan menurunkan kemampuan mereka kepada anak cucu secara turun temurun. bukan dalam halnya dalem produksi wajan. Bukan hanya dalam hal produksi. warga bentangan secara turun temurun memasarkan produk kepasar tradisional di Solo,Sukokarjo,dan Klaten. Kali ini saya merayap di desa bentangan wonosari, mencari moment dimana para pengrajin gerabah melakukan produksinya. lokasi ini memang bukan tempat wisata, tetapi bagi wisata asing berkunjung ke lokasi ini sangatlah menarik. karena kita akan di suguh dengan luwesnya tangan seorang pengrajin membuat suatu benda dari tanah liat.  Bagi pecinta foto, tempat ini cukup menarik untuk mencari portfolio Human Interest. tapi jangan sembarangan ya, hunting ya hunting. tapi etika dan kesopanan tetap di gunakan, bila mau memotret izin dulu ...