lensasemutireng.blogspot.com _ fotografi itu bagian alat yang merefleksikan diriku, apa yang aku lihat itu adalah kehendakmu, di setiap apa yang aku lihat adalah caramu membimbing dan menasehatiku. Air hujan pun menjadi bagian bahasamu, terlihat seperti badai yang menakutkan tetapi rasanya itu menyegarkan di atas kegersangan.
Terlintas laki-laki bersepeda dengan buah hatinya, hujan pun membasahi mereka, aku tidak melihat sebuah kekawatiran mereka.
Aku hanya melihat senyuman dan kebahagian, seperti rasa syukur yang tidak bisa terukur.
Mungkin itu yang harus saya lakukan untuk hari ini dan seterusnya, menemanimu, berjuang, hingga batas waktu. Maju dan melaju lurus saja jangan berhenti, walau badai ada di depanmu jangan pernah mengeluh, karena Tuhan adalah pengasih dan penyayang.
Dan tuhanpun kini bergaya drama komedi.
Setelah memberiku inspirasi melalui pesepeda yang melintas, terlihat mobil tua mengangkut barang yang aku kira cukup berat. Dan hujan lebat waktu itu tidak membuat mereka berhenti di dalam laju kendaraannya, malah terlihat cirikas gaya sopir metromini yang terlihat, tangan kanan keluar dari jendela sambil memegang setir. Di dalam mobil memakai jas hujan berwarna merah, mematuhi juga protokol kesehatan. Sepertinya Tuhan memberiku petunjuk, agar menjalani hidup tidak perlu di bikin repot, seperti kata pak Kiai gusdur yang selalu berkata ' BEGITU SAJA KOK REPOT".
Sejenak aku tertawa, dan pikiranku hari ini cemerlang kembali.
Mungkin ini kutipan di kitap Alquran tentang," Bagai berebut gelas tapi tidak ada yang bertengkar" manut saja sama yang menyuruh kita hidup.