Mungkin jikalau aku mau untuk melihat buku catatan dagangan kami selama satu tahun kami belum bisa menjual 1000 gelas kopi. Tapi kami itu percaya kalau semua ada kesempatan dan waktunya, tidak pernah ada yang tau momentum dari tuhan akan datang kepada kami. Maka cara kami cuma konsisten dan berdaulat, jika memontum itu datang kita tetap siap dan tidak kaget dan gumunan.
Kami benar-benar dari hal paling bawah dalam berbisnis. Sepi menjadi teman baik kami untuk merenung ramai adalah harapan kami. Tetapi semua itu bukan semata mata tujuan utama, tetapi kami itu hanya melakukan apa yg sudah di haruskan tuhan. Kami menunggu setiap waktu, beraharap walau perih tapi itulah kemesraan dalam hidup, ramai dan sepi hanyalah sebutan, tetapi yakin dan tekun adalah kami yang sabar menunggu.
Jika kalian berbicara kebodohan dalam berbisnis, kami hanya bisa menerima dan tersenyum, kami hanya melakukan apa yg telah di anugrahkan kepada kami. Kopi bukan sekedar biji yang di seduh, kopi itu tumbuh dan di tumbuhkan tuhan, aroma itu tidak bisa di sentuh, tetapi dirasakan. Kopi itu memberikan kejujuran dalam berkehidupan di panggung dunia. Kejujuran adalah hal terrpenting, karena kata yang terucap adalah hawa dan doa.
Percayalah kenikmatan kopi bagi kami bagian dari tuhan membimbing kami tentang sebuah makna pait dan manis. Manis itu bukan gula manis itu rasa.
Salam dari kami yang menanti, kita meminum kopi dan belajar memaknai hidup tentang keberagaman, menghargai alam dan isinya. Kesadaran kesempurnaan hanyalah sementara, karena semua akan berputar dan di ambil intinsarinya.