Lensasemutireng.blogspot.com _ aku pernah berbicara dengan seorang biksu yang bijak, ia mengatakan hal tentang kehidupan dari pandangan keyakinannya. Kata Sang Buda " Hidup Di Dunia itu Sulit" karena kita di kasih tanggung jawab, tugas dan peran dalam hidup. Maka selalu ingat dengan sang pencipta
Aku berjalan menuju keramaian untuk bercermin, aku berdialog untuk melepas amarah. Lalu aku berjalan menelusuri lorong-lorong dinamika, yang aku temukan adalah keyakinan dan ketekunan.
Aku duduk sejenak sambil menikmati sebatang rokok dan segelas teh panas di siang bolong mengamati drama di depanku yang tiada hentinya hingga akhir waktu.
Menyapa para pejuang dengan pusaka SUMEH, memulai dialog cinta tanpa ada batas siapa kamu dan siapa aku?.
Dialog kami pada akhirnya mencuri para pejuang rupiah lainnya, mereka saling menyapa dan saling mengeluarkan pusaka SUMEH untuk memikat.
Pada akirnya aku kuasai satu lorong itu menjadi drama cinta bersama.
para pejuang itu anti perintah, hidup bebas selayaknya burung yang terbang mencari makan, kebebasan berekspresi dalam ruang dan alam pikirannya sendiri, Rebahan tanpa ada rasa ragu dan takut, dengan menyajikan jajanan daur ulang sambil menunggu para pengantar rezeki, Sungguh nikmat itu tiada nilainya.
Aku temukan Puluhan pasang sepatu yang sudah usang, berjejer rapi seperti barisan para mantan menunggu sang majikan. Memang lah manusia itu hasratnya selalu ingin yang baru, warna memudar dan terkikis akan menjadikan momok sosialnya menurun, maka terlupakanlah para sepatu pelindung kaki sucinya.
kesadaran setiap personal itu tidak semua sama, kalau sama maka tidak akan ada cerita di balik derita dan bahagia. Dari keramaian terlintas kesunyian seperti ruang hampa untuk merenungi. Hingga terlihat cermin yang di sebut realita untuk belajar menelusuri ruang dan waktu dalam drama dunia, bahwa di dunia ini tidak ada yang baru, tidak ada yang bertambah dan tidak ada pula yang berkurang, seakan semua ini hanyalah daur ulang dari cerita-cerita yang berbeda dalam ruang yang sama.
26 September 2020
Pasar Legi Jatinom Klaten.